banner 728x250

Rindu Hati: Dari Gemerlap ke Sunyi, Jejak yang Hilang Sepeninggal ST Muklis

banner 120x600
banner 468x60

POTRET JURNALIS.COM||BENGKULU Tengah — Ada masa ketika Desa Rindu Hati dikenal sebagai mutiara hijau Bengkulu. Di bawah kepemimpinan ST Muklis, desa yang dulu sunyi di kaki bukit itu menjelma menjadi pusat perhatian. Jalan-jalan diperbaiki, jembatan diperkuat, fasilitas umum dibangun. Yang paling membanggakan, Glamping Rindu Hati lahir sebagai ikon wisata alam yang mampu mendatangkan pengunjung dari dalam dan luar daerah.

Di akhir pekan, suasana desa begitu hidup. Anak-anak bermain di jalan beraspal baru, pedagang kecil membuka lapak di pinggir jalur wisata, aroma kopi khas Rindu Hati tercium dari warung-warung sederhana. Tenda glamping penuh, tawa wisatawan terdengar hingga ke kebun-kebun kopi, dan warga merasakan denyut ekonomi yang jarang mereka bayangkan sebelumnya. “Dulu setiap Sabtu-Minggu kami selalu penuh, sampai harus antri kalau mau sewa tenda,” kenang salah satu warga.

banner 325x300

Namun kini, pemandangan itu berubah drastis. Sejak ST Muklis tidak lagi menjabat, denyut kehidupan desa perlahan meredup. Glamping Rindu Hati yang dulu ramai kini sering kosong. Jalanan menuju lokasi kembali lengang, warung-warung yang dulu ramai pembeli kini banyak yang menutup pintu. Anak-anak desa tak lagi melihat keramaian wisatawan, melainkan hamparan sunyi yang kontras dengan ingatan mereka beberapa tahun lalu.

Masyarakat merasa kehilangan. Mereka bukan hanya kehilangan pemimpin, tetapi juga kehilangan arah. “Pak Muklis itu jiwa desa ini. Setelah beliau tidak lagi memimpin, semua seperti hilang,” ujar seorang ibu dengan mata berkaca-kaca.

Bagi warga Rindu Hati, perbandingan itu terlalu jelas untuk diabaikan. Masa kejayaan di bawah ST Muklis dan masa redup setelahnya adalah bukti nyata siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat. Tuduhan yang kini menimpa dirinya terasa janggal, karena jejak pengabdiannya sudah tercetak di tanah, bangunan, dan kenangan warga.

Kini, Desa Rindu Hati ibarat rumah besar yang lampunya padam. Pernah terang benderang ketika dipimpin seorang putra desa bernama ST Muklis, namun kini tertinggal dalam gelap, menunggu kembali hadirnya cahaya.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *